Bulan
ramadhan adalah bulan yang disebut-sebut sebagai bulan yang suci bagi umat
muslim. Bulan ramdhan juga bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh umat
muslim di dunia karena di dalam bulan ini banyak sekali berkah yang diberikan
oleh Allah SWT. Tak heran jika dari mulai kalangan anak-anak, remaja bahkan
orang tua muslim selalu menantikan bulan penuh berkah ini. Bagi anak-anak
terutama peserta didik, datangnya bulan ramadhan memberi banyak rutinitas
berbeda seperti kegiatan sahur, taraweh, pengisian buku ramadhan, tadarus
al-quran, pesantren kilat hingga ngabuburit, mengisi waktu luang menunggu beduk
maghrib tiba. Kegiatan-kegiatan seperti itu rutin dilakukan setiap bulan
ramadhan. Hal itu juga yang membuat keunikan tersendiri dari bulan ramadhan.
Kegiatan
menarik yang kerap dilakukan umat muslim disaat bulan ramadhan kini sedikit
demi sedikit tidak diminati lagi terutama pada peserta didik. Hal ini terlihat
dalam kegiatan-kegiatan pesantren kilat di sekolah sekarang ini yang mewajibkan
siswanya hadir jika tidak mereka akan dikenakan denda bahkan tak luput sekolah
mengancam para siswanya yang tidak mengikuti kegiatan tersebut tidak akan
mendapat nilai bahkan tidak terancam tidak lulus. Begitu juga dengan pengisian
rutin buku ramadhan, terkadang mereka malas untuk mengisi buku tersebut. Kegiatan
tadarus al-quran pun yang selalu rutin dilakukan di musolah-musolah tempat tinggal
mereka sekarang sepi akan suara para remaja. Padahal berbagai kegiatan tersebut
dapat membentuk karakter islami pada diri peserta didik. Selain faktor malas, pesatnya
kemajuan teknologi pada zaman sekarang ini tak hayal menjadi pemicu terjadinya
hal tersebut.
Berkembang
pesatnya media eletronik membuat semangat peserta didik menurun untuk mengikuti
berbagai kegiatan bermanfaat yang dilakukan pada bulan ramadhan. Sebut saja smartphone yang tidak lagi menjadi
barang mahal sehingga kaum ekonomi menengah hingga bawah pun sudah bisa memilikinya.
Kecanggihan smartphone dari berbagai
type dan kegunaan mampu membuat masyarakat jatuh cinta seketika. Smartphone tidak hanya dimiliki orang
dewasa saja, kini barang canggih itu merambah ke kalangan anak-anak yang
termasuk peserta didik. Sekarang tidak hanya anak sekolah menengah atas saja
yang memilikinya, sekolah menengah pertama dan sekolah dasarpun sudah tidak
asing dengan barang canggih itu. Bahkan, anak-anak kecil yang belum menginjak
bangku sekolah kini sudah bisa memainkan barang canggih tersebut.
Kehadiran
smartphone dan eletronik canggih lainnya menyeret peserta didik untuk menambah
wawasan pengetahuan mereka. Namun disisi manfaat postif dari kehadiran barang
tersebut juga ada sisi negatif penggunaannya yaitu kecanduan akan smartphone
itu sendiri, mereka mampu berlama-lama memainkan smartphone tanpa menghiraukan
orang lain disekitarnya sehingga mengakibatkan anak tersebuat menjadi kurang
bergaul dengan lingkungan sekitar. Seperti halnya kegiatan tadarus al-quran
yang dilakukan di musolah-musolah pada bulan ramadhan dan pesantren kilat di
sekolah-sekolah. Selain daripada ibadah, kegiatan tersebut dapat menambah ilmu
juga kegiatan-kegiatan tersebut membuat tali persaudaraan antar muslim lebih
erat dan memperluas pertemanan. Mereka tidak akan fokus pada satu objek saja
seperti ketika memainkan smartphone. Namun
sayangnya, banyak dari mereka lebih memilih memainkan smartphone untuk mengakses facebook, twitter, bbm, whatsapp, phat ataupun
berlama-lama nongkrong di warnet
memainkan game online untuk mengisi
waktu luang mereka menunggu berbuka puasa dibandingkan mengisi bulan ramadhan
dengan berbagai kegiatan positif lainnya, sehingga faktor ini menimbulkan rasa
malas terhadap diri peserta didik.
Sifat
masa bodoh yang umumnya dimiliki oleh masyarakat juga menjadi alasan lainnya. Pada
zaman sekarang, bentuk kepedulian terhadap sesama manusia sedikit demi sedikit
menghilang. Seperti terlihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kurang
memberikan sedekah kepada orang yang tidak mampu, membiarkan saja ketika
melihat orang tua kesusahan untuk menyebrang jalan raya, mengambil barang milik
orang lain yang tidak sengaja ditemukan dan tidak berusaha mencari pemiliknya.
Contoh hal sangat kecil lainnya yang selalu luput dari mata peserta didik ketika
bulan ramadhan adalah tidak membantu ibu menyiapkan keperluan buka puasa untuk
meringankan pekerjaannya. Berbagai contoh yang dikemukakan tersebut merupakan
ibadah yang dipandang mata sangatlah sepele namun sekecil apapun kegiatannya jika
itu termasuk ibadah maka akan mendapatkan pahala yang setimpal apalagi
dilakukan di bulan yang penuh berkah dan ampunan ini. Kurangnya kesadaran diri
pada diri peserta didik membuat bentuk kepedulian mulai terkikis dari diri
mereka. Padahal, kepedulian menciptakan hubungan yang harmonis sesama manusia.
Menumbuh
kembangkan kembali semangat peserta didik untuk mengikuti berbagai kegiatan
ibadah baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal tak lepas dari peran
orang tua. Peran orang tua menumbuh kembangkan nilai keislaman pada diri
peserta didik adalah wajib dilakukan. Mirisnya, pada zaman sekarang ini tidak
hanya mengaku mereka taat beribadah namun sangat disayangkan banyak orang tua
yang membiarkan anaknya jauh dari pendidikan keagamaan sehingga tidak sesuai
dengan karater orang tuanya. Orang tua tidak hanya sebagai fasilitator menumbuh
kembangkan semangat beribadah peserta didik, tetapi juga sebagai motivator
peserta didik untuk lebih tekun dalam beribadah, belajar sabar, takut kepada
Allah, mendorong anak-anak mereka untuk berbuat kebaikan, memberitahu mereka
manfaat dari ibadah yang mereka lakukan dan juga orang tua harus turut aktif
mendukung kegiatan-kegiatan mereka yang bernilai positif. Dengan demikian, selain
untuk mengisi keimanan dan ketaqwaan peserta didik, mereka juga menjadi
semangat melakukan kegiatan-kegiatan positif di bulan ramadhan dan tentu saja bisa
menghindari smartphone mereka untuk
sementara waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar